Kamis, 21 Juni 2012

A.                Pengertian Kehamilan Serotinus

Kehamilan  lewat  bulan (serotinus)  adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari perkiraan hari taksiran persalinan yang dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT), dimana usia kehamilannya telah melebihi 42 minggu (>294 hari).

B.                 Etiologi

Etiologi belum diketahui secara pasti namun faktor yang dikemukaan adalah hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain seperti herediter, karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu.

Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim.

Menurut Sujiyatini (2009), etiologinya yaitu penurunan kadar esterogen pada kehamilan normal umumnya tinggi. Faktor hormonal yaitu kadar progesterone tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Factor lain adalah hereditas, karena post matur sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu.

Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%. Volume air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi, yaitu 30% prepartum, 55% intrapartum, dan 15% postpartum.

Beberapa faktor penyebab kehamilan lewat waktu adalah sebagai berikut :

  • Kesalahan dalam penanggalan, merupakan penyebab yang paling sering.

  • Tidak diketahui.

  • Primigravida dan riwayat kehamilan lewat bulan.

  • Defisiensi sulfatase plasenta atau anensefalus, merupakan penyebab yang jarang terjadi.

  • Jenis kelamin janin laki-laki juga merupakan predisposisi.

  • Faktor genetik juga dapat memainkan peran.

C.                Tanda dan Gejala

 

1.      Tidak ada lanugo

2.      Kuku panjang

3.      Rambut kepala banyak

4.      Kulit berkeriput, mengelupas sering berwarna kekuningan

5.      Kadang-kadang anak agak kurus

6.      Air tuban sedikit dan mengandung meconium

7.      Kehamilan melebihi 40 minggu

8.      Progesterone tinggi

9.      Penurunan fungsi plasenta

10.  Tidak ada Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus Frankenhauser, sehingga tidak ada stimulasi (pacemaker) bagi kontraksi otot polos uterus.

 

 

 

 

D.                Penanganan / Pengobatan

 

a.       Setelah usia kehamilan >40 minggu yang penting adalah monitoring janin sebaik-baiknya

b.      Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi  plasenta , persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat

c.       Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks ,kalau matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi

d.      bila (a) riwayat kehamilan yang lalau ada kehamilan janin dalam rahim (b) terdapat hipertensi , pre-eklamsi dan (c) kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilisasi , atau (d) pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu , maka ibu dirawat di Rumah Sakit

e.       tindakan operasi Secsio Cesarea dapat dipertimbangkan pada insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang , pembukaan belum lengkap,persalinan lama, terjadi awat janin,primigravida tua,kematian janindalam kandungan,pre-eklamsia,hipertensi menahun,infertilisasi,kesalahan letak janin.

 

Kehamilan lewat waktu dapat membahayakan janin karena sensitif terhadap rangsangan kontraksi, yang menimbulkan asfiksia sampai kematian dalam rahim. Dalam melakukan pengawasan hamil dapat diperkirakan bahwa kehamilan lewat waktu dengan :

a)    Anamnesa.

b)    Kehamilan belum lahir setelah melewati waktu 42 minggu

c)    Gerak janinnya makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali.

 

Hasil pemeriksaan dapat dijumpai :

a)    Berat badan ibu mendatar atau menurun

b)    Air ketuban terasa berkurang

c)    Gerak janin menurun

 

 

Bagaimana sikap bidan menghadapi keadaan demikian bidan dapat bersikap :

a)      Melakukan konsultasi dengan dokter

b)      Menganjurkan untuk melakukan persalinan di rumah sakit

c)      Penderita dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan yang adekuat.

Pengelolaan Intrapartum

a)      Pasien tidur miring sebelah kiri

b)      Pergunakan pemantauan elektronik jantung janin

c)      Beri oksigen bila ditemukan keadaan jantung yang abnormal

d)      Perhatikan jalannya persalinan

e)      Segera setelah lahir, bayi harus segera diperiksa terhadap kemungkinan hipoglikemi, hipovolemi, hipotermi dan polisitemi

 

Mencegah Aspirasi Mekoneum : Apabila ditemukan cairan ketuban yang terwarnai mekoneum harus segera dilakukan resusitasi sebagai berikut :

a.         Penghisapan nasofaring dan drofaring posterior secara agresif sebelum dada janin lahir

b.        Bila mekoneum tampak pada pita suara, pemberian venitasi dengan tekanan positif dan tangguhkan dahulu sampai trakea telah di latubasi dan penghisapan yang cukup.

c.         Intubasi trakea harus dilakukan rutin bila ditemukan mekoneum yang tebal.

 

E.                 Contoh Kasus

Seorang wanita umur 27 tahun, umur kehamilan 42 minggu, datang dengan keluhan hamil lewat waktu perkiraan lahir, tetapi belum merasakan tanda mau melahirkan. Kenceng-kenceng sudah dirasakan tetapi belum teratur, belum ada cairan yang keluar dari jalan lahir, lendir darah (-), gerakan janin masih dirasakan.  Ini merupakan kehamilan pertama. Setiap bulan kontrol rutin dibidan, baru pertama kali periksa ke dokter

 

DIAGNOSIS SEMENTARA

                              Wanita, 27 th, G1P0A0, hamil 42+2 , belum dalam persalinan

F.                 SOLUSI

Pada pasien ini direncanakan untuk dilakukan persalinan pervaginam dengan dilakukan induksi persalinan balon kateter dan misoprostol oral 50 mcg/6jam (maks 4x) serta dilakukan observasi 10 menit. Setelah balon kateter lepas terjadi pembukaan empat pasien sudah dalam fase aktif persalinan. Setelah pemeberian misoprostol kedua  DJJ janin makin lama makin menunjukkan peningkatan dan ireguler serta gerakan janin berkurang. Kemudian diputuskan untuk dilakukan sectio seseria atas indikasi ancaman fetal distress dan pembukaan serviks belum lengkap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar