KEHAMILAN SEROTINUS
Untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan
Kebidanan I ( Kehamilan )
Disusun
oleh :
EROS ROSITA ( 110010 )
AKADEMI KEBIDANAN RESPATI SUMEDANG
2012
A.
Pengertian
Kehamilan Serotinus
Kehamilan lewat
bulan (serotinus) adalah
kehamilan yang berlangsung lebih dari perkiraan hari taksiran persalinan yang
dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT), dimana usia kehamilannya telah
melebihi 42 minggu (>294 hari).
B.
Etiologi
Etiologi belum diketahui secara pasti namun faktor
yang dikemukaan adalah hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun
walaupun kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap
oksitosin berkurang. Faktor lain seperti herediter, karena postmaturitas sering
dijumpai pada suatu keluarga tertentu.
Menjelang
persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh dan
reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap
rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim tidak
sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau kelainan pada
rahim.
Menurut
Sujiyatini (2009), etiologinya yaitu penurunan kadar esterogen pada kehamilan
normal umumnya tinggi. Faktor hormonal yaitu kadar progesterone tidak cepat
turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap
oksitosin berkurang. Factor lain adalah hereditas, karena post matur sering
dijumpai pada suatu keluarga tertentu.
Fungsi
plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu, kemudian menurun setelah 42
minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan laktogen plasenta. Terjadi
juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya dapat terjadi gangguan suplai
oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh kembang janin intrauterin. Sirkulasi
uteroplasenta berkurang sampai 50%. Volume air ketuban juga berkurang karena
mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini merupakan kondisi yang tidak baik
untuk janin. Risiko kematian perinatal pada bayi postmatur cukup tinggi, yaitu
30% prepartum, 55% intrapartum, dan 15% postpartum.
Beberapa
faktor penyebab kehamilan lewat waktu adalah sebagai berikut :
Kesalahan
dalam penanggalan, merupakan penyebab yang paling sering.
Tidak
diketahui.
Primigravida
dan riwayat kehamilan lewat bulan.
Defisiensi
sulfatase plasenta atau anensefalus, merupakan penyebab yang jarang
terjadi.
Jenis
kelamin janin laki-laki juga merupakan predisposisi.
Faktor
genetik juga dapat memainkan peran.
C.
Tanda
dan Gejala
1. Tidak
ada lanugo
2. Kuku
panjang
3. Rambut
kepala banyak
4. Kulit
berkeriput, mengelupas sering berwarna kekuningan
5. Kadang-kadang
anak agak kurus
6. Air
tuban sedikit dan mengandung meconium
7. Kehamilan
melebihi 40 minggu
8. Progesterone
tinggi
9. Penurunan
fungsi plasenta
10.
Tidak ada Tekanan pada ganglion
servikale dari pleksus Frankenhauser, sehingga tidak ada stimulasi (pacemaker)
bagi kontraksi otot polos uterus.
D.
Penanganan /
Pengobatan
a.
Setelah usia
kehamilan >40 minggu yang penting adalah monitoring janin sebaik-baiknya
b.
Apabila tidak
ada tanda-tanda insufisiensi plasenta , persalinan spontan dapat ditunggu
dengan pengawasan ketat
c.
Lakukan
pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks ,kalau matang boleh
dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi
d.
bila (a)
riwayat kehamilan yang lalau ada kehamilan janin dalam rahim (b) terdapat
hipertensi , pre-eklamsi dan (c) kehamilan ini adalah anak pertama karena
infertilisasi , atau (d) pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu , maka ibu
dirawat di Rumah Sakit
e.
tindakan
operasi Secsio Cesarea dapat dipertimbangkan pada insufisiensi plasenta dengan
keadaan serviks belum matang , pembukaan belum lengkap,persalinan lama, terjadi
awat janin,primigravida tua,kematian janindalam
kandungan,pre-eklamsia,hipertensi menahun,infertilisasi,kesalahan letak janin.
Kehamilan
lewat waktu dapat membahayakan janin karena sensitif terhadap rangsangan
kontraksi, yang menimbulkan asfiksia sampai kematian dalam rahim. Dalam
melakukan pengawasan hamil dapat diperkirakan bahwa kehamilan lewat waktu
dengan :
a)
Anamnesa.
b)
Kehamilan belum lahir setelah melewati waktu 42 minggu
c)
Gerak janinnya makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali.
Hasil
pemeriksaan dapat dijumpai :
a)
Berat badan ibu mendatar atau menurun
b)
Air ketuban terasa berkurang
c)
Gerak janin menurun
Bagaimana
sikap bidan menghadapi keadaan demikian bidan dapat bersikap :
a)
Melakukan konsultasi dengan dokter
b)
Menganjurkan untuk melakukan persalinan di rumah sakit
c)
Penderita dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan yang adekuat.
Pengelolaan
Intrapartum
a)
Pasien tidur miring sebelah kiri
b)
Pergunakan pemantauan elektronik jantung janin
c)
Beri oksigen bila ditemukan keadaan jantung yang abnormal
d)
Perhatikan jalannya persalinan
e)
Segera setelah lahir, bayi harus segera diperiksa terhadap kemungkinan
hipoglikemi, hipovolemi, hipotermi dan polisitemi
Mencegah
Aspirasi Mekoneum : Apabila ditemukan cairan ketuban
yang terwarnai mekoneum harus segera dilakukan resusitasi sebagai berikut :
a.
Penghisapan nasofaring dan drofaring posterior secara
agresif sebelum dada janin lahir
b.
Bila mekoneum tampak pada pita suara, pemberian
venitasi dengan tekanan positif dan tangguhkan dahulu sampai trakea telah di
latubasi dan penghisapan yang cukup.
c.
Intubasi trakea harus dilakukan rutin bila ditemukan
mekoneum yang tebal.
E.
Contoh
Kasus
Seorang
wanita umur 27 tahun, umur kehamilan 42 minggu, datang dengan keluhan hamil
lewat waktu perkiraan lahir, tetapi belum merasakan tanda mau melahirkan. Kenceng-kenceng
sudah dirasakan tetapi belum teratur, belum ada cairan yang keluar dari jalan
lahir, lendir darah (-), gerakan janin masih dirasakan. Ini merupakan
kehamilan pertama. Setiap bulan kontrol rutin dibidan, baru pertama kali
periksa ke dokter
DIAGNOSIS SEMENTARA
Wanita, 27 th, G1P0A0, hamil 42+2 , belum dalam persalinan
F.
SOLUSI
Pada pasien ini direncanakan untuk
dilakukan persalinan pervaginam dengan dilakukan induksi persalinan balon
kateter dan misoprostol oral 50 mcg/6jam (maks 4x) serta dilakukan observasi 10
menit. Setelah balon kateter lepas
terjadi pembukaan empat pasien sudah dalam fase aktif persalinan. Setelah
pemeberian misoprostol kedua DJJ janin makin lama makin menunjukkan
peningkatan dan ireguler serta gerakan janin berkurang. Kemudian diputuskan
untuk dilakukan sectio seseria atas indikasi ancaman fetal distress dan
pembukaan serviks belum lengkap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar